10 langkah utama bagi
cyberjournalist –termasuk kalangan citizen journalist dan blogger-- supaya terhindar dari
masalah hukum, yakni:
1. Periksa dan periksa ulang fakta,
2. Jangan gunakan informasi tanpa sumber yang jelas.
3. Perhatikan kaidah hukum,
4. Pertimbangkan setiap pendapat,
5. Utarakan rahasia secara selektif,
6. Hati-hati terhadap apa yang diutarakan,
7. Pelajari batas daya ingat,8. Jangan lakukan pelecehan,
9. Hindari konflik kepentingan,
10. Peduli nasehat hukum.
Prinsip-prinsip berperilaku dan beretika bagi cyberjournalist juga dikumandangkan oleh
Poynter (http://www.poynter.org), salah satu organisasi di AS yang menjadi acuan
kalangan cyberjournalist lantaran senantiasa membuka wacana untuk pengembangan
cyberjournalism dengan melibatkan kalangan pakar dan praktisi multimedia massa
sedunia.
Poynter senantiasa mengingatkan kalangan cyberjournalist untuk menelaah
perkembangan Internet lantaran secara langsung mempengaruhi perilaku dan aturan main
di abad digital. Selain itu, jurnalis ber-Internet dituntut untuk lebih memperhatikan
kecenderungan aktual menyangkut kredibilitas dan akurasi, tranparansi dan multimedia
massa, serta harus waspada terhadap kecepatan penyampaian berita yang seimbang
dengan kapasitas akurasinya.
Beberapa hal utama yang ditekankan Poynter menyangkut profesi jurnalis dan organisasi
multimedia massa adalah sebagai berikut:
-.Integritas keredaksian, karena hal ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan
publik sekaligus menjaga kredibilitas,
-.Keterbukaan komunikasi di kalangan redaksi dengan pemasaran dalam organisasi
.Integritas keredaksian, karena hal ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan
publik sekaligus menjaga kredibilitas,
-.Keterbukaan komunikasi di kalangan redaksi dengan pemasaran dalam organisasi
multimedia massa, sehingga dapat memanfaatkan peluang ekonomi guna meraih
keuntungan dari kecenderungan pertumbuhan bisnis di Internet,
-.Riset pasar dan menentukan ukuran berbisnis menjadi salah satu alat penting dalam
menentukan arah kebijakan/panduan mengembangkan bisnis isi berita (content), dan
bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mendapatkan keuntungan sekaligus
memberikan pelayanan informasi ke publik,
-.Pengalaman konsumen menjadi hal utama, sehingga perlu senantiasa mengevaluasi
berbagai model promosi/iklan guna mengetahui keinginan publik yang secara
signifikan perlu diperhatikan organisasi multimedia massa.
Berkaitan dengan sistem pemberitaan yang dijalankan jurnalis sebagai bagian organisasi
multimedia massa, maka Poynter juga memberikan sejumlah pertanyaan guna dicari
pemecahannya, yakni:
-.Bagaimana menanggani koreksi?
-.Bagaimana menangani kaitan antar-laman (links)?
-.Bagaimana cara menyajikan berita yang bermakna? Dan, bagaimana pula
memaparkannya, bila ada kemungkinan menimbulkan konflik terhadap para pihak di
publiknya?
-.Bagaimana menerapkan kebijakan penyuntingan, termasuk menetapkan layak siar, dan
sejauh mana hal ini diperlukan?
-.Sejauh mana publik peduli terhadap nilai-nilai yang mempengaruhinya atas dasar
pemberitaan yang dipublikasikan?-.Apa saja nilai manfaat dari pemberitaan yang dilakukan jurnalis secara anonim atau
menyembunyikan yang dikembangkan multimedia massa? (catatan: hal ini juga berlaku sebaliknya lantaran semakin berkembang kecenderungan media online
mencantumkan nama jurnalis dan alamat e-mail mereka dalam berita/laporan
jurnalistiknya)
-.Standar apa saja yang harus diterapkan organisasi multimedia massa dalam menyiapkan
hingga penyebaran bahan berita audio-visual secara online? Bagaimana pilihan aplikasi
teknologinya?
Serangkaian pertanyaan tersebut bertujuan, agar pengelola multimedia massa memahami
benar mekanisme kinerjanya, karena sistem semacam itu sangat mempengaruhi perilaku
bagi SDM-nya, terutama para jurnalis. Selain itu, media massa ber-Internet (cyber-media)
juga memiliki karakter yang sama dengan media massa lainnya, yaitu tidak luput dari
kemungkinan melakukan kesalahan yang harus segera ditanggulangi.